La Nyala jadi Warga Kehormatan PSHT Pusat Madiun

Ahad, 17 Oktober 2021 | 17:25:07 WIB

Metroterkini.com - Ketua DPD RI, La Nyalla Mahmud Mattalitti mengadakan kunjungan kerja ke Kota Madiun,  Jawa Timur, Minggu (17/10/2021). Kehadiran La Nyalla juga didampingi Dr. Rizal E Halim yang merupakan Ketua Badan Perlindungan Konsumen NasIonal (BPKN).

Tampak kehadiran 2 tokoh nasional tersebut disambut oleh Mas R. Murdjoko selaku Ketua Umum PSHT Pusat Madiun, H. Mas Issoebiantoro selaku Ketua Dewan Pusat PSHT Pusat Madiun, Walikota Madiun H. Maidi bersama H. Heri Wuryanto selaku Wakil Bupati Madiun serta AKBP Dewa Putu Eka Darmawan selaku Kapolres Kota Madiun serta Tono Suharyanto selaku Sekertaris umum PSHT Pusat Madiun/Ketua IPSI Kota Madiun.

Pada kesempatan itu Mas R. Murdjoko berharap kepada La Nyala Mataliti dan Rizal E Halim bersedia untuk menjadi dewan pembina PSHT Pusat Madiun. "Karena padatnya acara maka untuk Surat pengukuhan sebagai dewan pembina akan dikirim ke Jakarta," jelas Mas R. Murdjoko. 

Sedangkan Dr Rizal E Helmi memaparkan bahwa pihaknya  tetap Ingin Organisasi (PSHT) ini tetap eksis di pentas nasional dan internasional. "Dengan menanamkan nilai-nilai kebaikan yang telah di pupuk oleh pendiri PSHT dan harus kita teruskan dan kembangkan kedepannya," harap Dr Rizal E Helmi. 

Dia juga mengucapkan terima kasih kepada Organisasi PSHT karena talah mengukuhkan dirinya menjadi warga kehormatan PSHT. "Kami akan berusaha untuk ikut membantu membesarkan Organisasi ini, akan selalu mendukung kegiatan Organisasi PSHT termasuk Program Walikota madiun untuk melaksanakan Konferensi Pencak silat seluruh dunia," jelasnya.

Sedangkan dalam Orasi Wawasan Kebangsaan La Nyalla Mahmud Mattalitti memaparkan sejarah lahirnya PSHT yang sudah melahirkan para pendekar yang ikut berjuang untuk merintis kemerdekaan RI. "Para Pendekar PSHT ini mempunyai Sumbangaih yang sangat besar bagi Kemerdekaan RI," katanya.

Lebih lanjut La Nyalla menjelaskan bahwa kata-kata bijak dan Falsafah PSHT mempunyai makna dalam kehidupan yang sangat dalam. "Maka kita harus tetap berpedoman pada Falsafah Para Pendiri PSHT terdahulu. Bahwa Sangat bangga menjadi Bagian Keluarga Besar Organisasi PSHT Pusat Madiun," tambahnya.

La Nyalla juga menyampaikan beberapa hal yang menurutnya penting untuk diingat dan dihayati Warga PSHT. Pertama mengenai sejarah lahirnya PSHT. "Karena hanya dengan mengingat sejarah, kita akan tetap memiliki semangat juang dan dedikasi untuk kebesaran organisasi ini," ujarnya. 

PSHT tercatat berdiri tahun 1922. Tetapi, cikal bakal PSHT telah lahir sejak tahun 1903. Saat Ki Ageng Ngabehi Surodiwiryo meletakkan dasar gaya pencak silat Setia Hati di Kampung Tambak Gringsing, Surabaya.

Oleh muridnya, Ki Hajar Harjo Utomo, pencak silat itu diteruskan di Madiun pada tahun 1922 dengan mendirikan perguruan Pentjak Sport Club atau PSC, kemudian diganti nama menjadi Pemuda Sport Club, yang singkatannya juga sama, yaitu PSC. "Sebenarnya penggunaan nama Pemuda Sport Club adalah sebuah siasat saja. Untuk menghindari kecurigaan Penjajah Belanda saat itu, sehingga kata ‘Pentjak’ diganti dengan ‘Pemuda’," kata La Nyalla.

Akhirnya, Ki Hajar Harjo Utomo leluasa mengajarkan ilmu bela diri kepada rakyat dan pemuda-pemuda di Madiun saat itu. Padahal, ilmu bela diri saat itu hanya bisa diajarkan kepada mereka yang berstatus bangsawan saja. "Sumbangsih luar biasa pendiri PSHT inilah yang melahirkan pendekar di kalangan rakyat kebanyakan dan merupakan cikal-bakal para pejuang kemerdekaan. Meskipun tujuan mulia itu harus ditebus dengan pengorbanan oleh Ki Hajar Harjo Utomo, yang ditangkap dan diasingkan Belanda ke Jember, kemudian dipindah ke Cipinang dan Padangpanjang," tandasnya. 

Dia juga  menyampaikan beberapa hal yang menurutnya penting untuk diingat dan dihayati Warga PSHT. Pertama mengenai sejarah lahirnya PSHT. "Karena hanya dengan mengingat sejarah, kita akan tetap memiliki semangat juang dan dedikasi untuk kebesaran organisasi ini," imbuhnya. 

PSHT tercatat berdiri tahun 1922. Tetapi, cikal bakal PSHT telah lahir sejak tahun 1903. Saat Ki Ageng Ngabehi Surodiwiryo meletakkan dasar gaya pencak silat Setia Hati di Kampung Tambak Gringsing, Surabaya. Oleh muridnya, Ki Hajar Harjo Utomo, pencak silat itu diteruskan di Madiun pada tahun 1922 dengan mendirikan perguruan Pentjak Sport Club atau PSC, kemudian diganti nama menjadi Pemuda Sport Club, yang singkatannya juga sama, yaitu PSC.

"Sebenarnya penggunaan nama Pemuda Sport Club adalah sebuah siasat saja. Untuk menghindari kecurigaan Penjajah Belanda saat itu, sehingga kata ‘Pentjak’ diganti dengan ‘Pemuda’," ujar La Nyalla.

Akhirnya, Ki Hajar Harjo Utomo leluasa mengajarkan ilmu bela diri kepada rakyat dan pemuda-pemuda di Madiun saat itu. Padahal, ilmu bela diri saat itu hanya bisa diajarkan kepada mereka yang berstatus bangsawan saja.

"Sumbangsih luar biasa pendiri PSHT inilah yang melahirkan pendekar di kalangan rakyat kebanyakan dan merupakan cikal-bakal para pejuang kemerdekaan. Meskipun tujuan mulia itu harus ditebus dengan pengorbanan oleh Ki Hajar Harjo Utomo, yang ditangkap dan diasingkan Belanda ke Jember, kemudian dipindah ke Cipinang dan Padangpanjang," katanya. 

Melihat sejarah panjang tersebut, lanjut LaNyalla, berarti PSHT telah memberi kontribusi penting bagi perjuangan kemerdekaan Indonesia. Karena cikal-bakal pejuang perintis kemerdekaan bangsa ini, salah satunya adalah pendekar-pendekar PSHT, yang dididik langsung oleh pendiri PSHT, Ki Hajar Harjo Utomo. Hal kedua yang disampaikan LaNyalla adalah kebanggaan sebagai Warga PSHT. Karena tercatat memiliki 15 juta pengikut baik di Indonesia maupun di luar negeri.

"Ini menunjukkan bahwa PSHT sebuah perguruan yang sangat besar dan memiliki magnet yang sangat kuat sehingga banyak diminati dan diikuti oleh puluhan juta pengikut," ungkapnya.

Poin ketiga, kata LaNyalla, PSHT dikenal memiliki banyak sekali falsafah kehidupan. Semuanya tertulis dalam kumpulan kalimat bijak Warga PSHT. Kalimat-kalimat tersebut, hingga hari ini, menjadi prinsip hidup setiap Warga PSHT secara turun temurun.

"Yang saya tahu, sedikitnya ada 30 kalimat bijak yang menjadi falsafah bagi Warga PSHT, dimana falsafah yang terkandung dalam kalimat-kalimat bijak tersebut, hingga kini masih menjadi pegangan dan diamalkan oleh Warga PSHT secara turun temurun. Ini harus terus dipegang teguh," tegasnya.

Terakhir Senator asal Jawa Timur itu menyoroti dinamika organisasi, terutama menyangkut dualisme kepengurusan PSHT. LaNyalla meminta sebaiknya hal itu disikapi dengan dewasa dan pikiran yang jernih. "Jangan terbawa emosi. Karena kemarahan hanya akan merugikan kita sendiri. Yakin saja, bahwa kebenaran bisa disalahkan, tetapi kebenaran tidak akan bisa dikalahkan. Sejalan dengan ajaran luhur Warga PSHT, bahwa ‘Sing Resik, Uripe Bakal Mulyo’, atau yang bersih hidupnya akan mulia," harapnya. [Muh Nurcholis] 

Terkini